Si kakak sudah kelas 8 dimana di kelas 7 kemarin di dominasi sekolah secara online, akan tetapi meskipun online proses KBM sekolah global mandiri Jakarta saya akui top banget.
Meski online setiap jam pelajaran ada sesi diskusi, tanya jawab, tugas kelompok dkk, jumlah anak dalam satu kelas juga cuma 18 dengan 2 mentor sehingga anak-anak takluput dari perhatian setiap mentor.
Setelah 3 tahun kegiatan online, akhirnya kegiatan offline keluar sekolah menginap beberapa hari diadakan kembali.
Kebetulan kegiatannya serentak di bulan November 2023 antara lain
- Senior High / SMA seminggu live in di Desa Nglanggeran Gunung Api Purba Yogya
- Junir High / SMP kelas 7 kegiatan kepemimpinan di Bogor, kelas 8 dan 9 di Desa Kasepuhan Cipta Gelar Sukabumi
- Primary / SD kelas 5 Edutrip ke Yogya 3 hari 2 malam kebetulan anak saya yang nomor 2 kelas 5
Kebayang yaa kedua anak saya pergi semua di waktu yang bersamaan, emak bapaknya berduaan dech🤭.
Nah karena si kakak kelas 8 mengikuti yang namanya CULTURE EXPLORATION di KASEPUHAN CIPTAGELAR SUKABUMI JAWA BARAT, bahasa lainnya Live in dimana anak-anak tinggal di rumah induk semang mengikuti kegiatan penduduk desa tersebut.
Satu rumah Induk Semang atau Orang Tua Asuh terdiri dari +5 anak, dimana mereka harus makan, tidur, mandi di rumah Induk Semang.
Salah satu rumah orang tua asuh, makan apa adanya
Sejarah Kasepuhan Cipta Gelar Sukabumi
Kampung Adat Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang dihuni oleh Orang Ciptagelar yang merupakan sub-etnis dari suku sunda.
Kampung ini berada di Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.
Kampung Adat Ciptagelar ini didirikan oleh pasukan Kerajaan Sunda yang menuruti perintah Prabu Siliwangu yanh dibebaskan karena Prabu Siliwangi ingin Moksa. Para prajurit kemudian di pisahkan menjadi tiga kelompok membentuk desa baru yang saling berhubungan. Salah satunya Kampung Gede yang berfungsi sebagai pusat kasepuhan.
Agama di Kasepuhan Ciptagelar
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar masih mempertahankan budaya leluhur yang menjadi pegangan hidup.
Menurut mereka nenek moyangnya adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih atau melebihi kemampuan manusia dan dianggap sebagai keturunan kerajaan Padjajaran.
Sistem keagamaannya adalah Islam yang memiliki unsur animisme dinamisme yang kuat, dilihat dari upacara upacara yang rutin diadakan.
Pada tahun 2001, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakukan hijrah wangsit ke Desa Sirnaresmi yang berjarak 12 km. Kepindahannya karena perintah leluhur yang disebut wahyu yang di terima oleh Abah Anom kemudian di sebarkan melalui proses ritual.
Abah Anom merupakan ketua desa adat yang menamai Desa Ciptagelar sebagai tempat pindah baru.
Mata Pencaharian Kampung Adat Ciptagelar
Umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat tidak pernah menggunakan bibit padi dari pemerintah jadi menggunakan bibit padi sendiri, tanpa pupuk kimia dan alat teknologi modern spt traktor.
Selain itu Padi Lokal Kampung Adat Ciptagelar digunakan antara lain untuk :
a. Upacara adat
- Upacara ngaseuk : menanam padi di ladang kemudian diikuti di sawah
- upacara mipit : menuai padi di ladang kemudian lanjut di sawah
- upacara nganyaran : memasak nasi hasil panen
- upacara ponggokan : perwujudan permintaan maaf kepada ibu bumi yang telah diolah untuk pertanian
- upacara Saren Taun : upacara puncak setahun sekali perwujudan syukur kpd sang pencipta karena panen berhasil dan memuaskan
b. Padi lokal gampang dipotong gampang kering saat di jemur dan tahan 5 tahun tidak rontok dalam geugeusan.
c. Menurut adat leluhur ada sekitar 43 jenis padi rurujan dan 100 jenis padi hasil persilangan rurukan
d. Menanam pare setahun sekali dapat menghentikan siklus hama wereng
e. Menentukan musim tanam berdasarkan jumlah bintang dan istilah tanggal.
Ciri Khas Kampung Adat Ciptagelar
1. Lokasi dan bangunan rumahnya masih berpegang teguh pada tradisi orang Sunda jaman dulu.
Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok tinggal di salah satu rumah penduduk (Induk Semang).
Anak-anak belajar tidur di bawah, makan apa adanya tanpa micin, ke toilet sederhana dkk.
2. Orang yang menempati desa ciptagelar dikenal dengan sebutan kasepuhan. Kata kasepuhan berasal dari kata sesepuh dan ka-an artinya tempat tinggal orang sesepuh.
3. Masih memegang tradisi leluhur jaman dulu.
4. Perempuan menggunakan sarung dan laki laki menggunakan ikat kepala
GOALS dari Kegiatan ini
1. Melatih hidup mandiri dan disiplin
2. Membangun semangat hidup kerja keras, rasa syukur, gigih, tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup
3. Menguatkan sikap empati, toleransi dan peduli terhadap sesama
4. Menumbuhkan sikap saling menghargai terutama terhadap masyarakat dan lingkungan desa
Mengapa ke Ciptagelar??
1. Merupakan Desa Swasembada Pangan (Ketahanan Pangan yang kuat) disini itu hasil panen Dilarang dijual.
2. Panen energi dari Air dan Matahari
3. Memiliki alat komunikasi sendiri
4. Edukasi kebudayaannya kental
5. Program kegiatan desa sejalan dengan program sekolah global mandiri
6. Suasana pedesaan
7. Semua dikelola masyarakat sendiri
8. Fasilitas umum terjangkau (puskesmas, kantor polisi dkk)
9. Arsitektur bangunan dan budaya masih ku
berpegang pada tradisi sunda jaman dulu
10. Memegang kuat adat dan tradisi sejak 640 tahun lalu
11. Pagelaran wisata budaya, wisata alam dan sejarah komunitas yang bermukim sejak berabad abad silam di kaki gunung halimun
12. Perilaku kearifan lokal
Waktu
8 - 11 November 2022
Kasepuhan Ciptagelar Cisolok Sukabumi
Di Jantung Taman Nasional Gunung Halimun - Salak
Aturan Peserta
- Wajib mengikuti, membantu atau mengerjakan segala aktifitas pekerjaan/sosial dari orang tua asuh masing masing
- Wajib menggunakan pakaian bebas sopan ditambah ikat kepala bagi laki-laki dan sarung bagi perempuan (tidak boleh baju terbuka bagi perempuan)
- Untuk makanan sehari - hari wajib mengikuti menu yang sudah di masak Orang Tua Asuh
- Pakaian yang dibawa hanya 3 stel berwarna gelap (termasuk yg dipakai, jaket, baju tidur, pakaian dalam, sandal.gunung, kaos kaki & sepatu)
- Siswa dilarang di jenguk orang tua
- Membawa sabun cuci baju
- Pulang kerumah tidak membawa baju kotor
Rund Down
Hari 1
- Anak-anak berkumpul di sekolah pagi pukul 06.00 karena jauh langsung berangkat.
- Sampai di pemberhentian bus sekitar pukul 12.30 WIB dan ganti naik mobil bak terbuka, cuaca hujan sehingga anak-anak memakai jas hujan yang sudah dipersiapkan dari rumah
- Sekitar Pukul 02.00 lewat sudah sampai di Desa Ciptagelar
- Upacara penyambutan
- Koper anak-anak tiba di rumah induk semang pada malam hari, sehingga kegiatan anak-anak begitu tiba segala sesuatu yang di butuhkan disiapkan di tas ransel yang di bawa.
Hari 2 Mapag Purnama - Opat Belasan
Aktifitas di bulan purnama menurut kepercayaan masyarakat jatuh tiap jumat kliwon tapi versi masyarakat disana.
Kebetulan bertepatan dengan anak-anak hadir di hari kedua ada Mapag Purnama.
Kegiatannya apa?
Semua penduduk beraktifitas sesuai keseharian sampai jam 12 malam dan alat musik non stop tidak berhenti berbunyi.
Anak yang dapat orang tua asuh kesibukan di sawah akan melakukan di sawah, yang orang tua asuh di bagian seni musik akan melihat mereka menabuh alat musik sampai jam 12 malam.
Sebagai tamu anak2 dan mentor bisa melihat aktifitas tersebut dan alat musik yg di mainkan terus menerus.
Hari 3
08.00 - 08.30 meeting point - Imah Gede
08.30 - 08.40 menuju SMP Ciptagelar
08.40 - 12.00 Sharing di SMP Ciptagelar
12.00 - 13.00 Lunch
13.00 - 17.00 Walking Tour Public Facilities (Stasiun TV - CIGA TV, Hydropower turbin dkk)
Kasepuhan Ciptagelar ini memiliki :
- TV dan radio sendiri
- Listrik dari PLTA yang dibangun secara swadaya
- pengairan sendiri
17.00 - 18.30 Isoma
18.30 - 21.00 Gathering Night
Gathering Night anak-anak menampilkan tarian tradisional dan Masyarakat Kasepuhan juga menampilkan tarian khas mereka
Hari 4
05.00 - 06.00 Bangun pagi, sarapan dan pamitan dengan Orang Tua asuh
06.00 - 07.00 Ceremonial pelepasan di Imah Gedhe
07.00 - sore karena macet sehingga tiba di Pabrik Moci sudah tutup tidak jadi membuat moci akan tetapi belanja moci saja
Lanjut perjalanan baru malam sampai rest area makan malam
Sampai Jakarta Pukul 22.30 WIB.
Akomodasi
Selain bus dari sekolahan anak-anak turun di Desa Cicadas kemudian lanjut naik mobil bak terbuka untuk menuju Desa Ciptagelar selama kurang lebih 2 jam.
Harga sudah termasuk
- Akomodasi bus dari sekolah PP
- Mobil bak terbuka
- Kegiatan selama di sana
- Kaos
- Ikat Kepala bagi cowok, sarung bagi cewek
- Makan sehari 3x selama 4 hari
- Asuransi perjalanan
- Asuransi kesehatan
- Homestay
- Oleh - oleh
- Edukasi pembuatan mochi (sayang karena macet sdh tutup pabriknya)
- Buku pengalaman yang ditulis sendiri oleh anak-anak
KESAN ANAK-ANAK SELEPAS KEGIATAN INI
- Ada yang menahan BAB karena tidak biasa menggunakan kamar mandi khas pedesaan apalagi WC jongkok
- Tidur di atas tikar dan menggunakan sleeping bag masing-masing karena suhu disana dingin, ada yang komentar kasurnya keras
- Ada yang males mandi karena air dingin, kalau mau air hangat merebus air dulu
- So far kata anak- anak masakan Orang Tua Asuh enakk
- Naik mobil bak terbuka seruu meski terbuka tapi karena capek ya banyak yang tertidur
Overall saya sebagai orang tua sukaak dengan kegiatan seperti ini, untuk kakak sih biasa saja meski medannya perlu tracking, tidur di rumah sederhana, harus mencuci baju dkk karena kata si Kakak begini "biasa saja karena semua sudah pernah Ichi alami, ayah bunda sudah mengenalkannya" Alhamdulillah cless dengernyaa berarti gak sia2 familytrip kami berbagai medan, sejak kelas 2 SD masuk ponpes sederhana selama seminggu.
"Seruuu kan yaa??
Saya pengen banget kesana sekeluarga, semoga segera terealisasi, nah kalau mau kesana diharapkan bertepatan dengan upacara adat"
Hal-hal yang di luar logika
1. Video team sekolah gagal semua, hanya 2 video dr hp itupun langsung di share ke group orang tua setelah itu entah kenapa hilang
2. Penjelasan sejarah dkk dari ketua adat di rekam dari beberapa alat itupun gagal hilang semua
3. Tersisa kenang2an hanya foto
4. Instagram Abah Ugi ketua adat tidak bisa berteman dengan team sekolah beberapa kali di coba gagal kata Abah Ugi "Belum saatnya"
Untuk kita semua bisa hadir juga ke Kasepuhan Ciptagelar dengan menghubungi Kang Yoyo Wa 0813 1916 7450 untuk biaya mereka bukan Desa Wisata tapi Desa Adat dan tidak mematok biaya jadi sukarela.
45 Komentar
seru banget ini kegiatannya ya mbak, apalagi anak-anak jadi lebih mengenal juga adat dan budayanya selama disana ya. Kebayang sih ini yang terbiasa di rumah serba dikerjakan art atau minta tolong ibunya, acara ini justru mengajarkan mereka kemandirian ya.
BalasHapusBagus nih programnya, mengajak anak-anak untuk berbaur dan merasakan langsung bagaimana tinggal dan kehidupan masyarakat di Kampung Adat Ciptagelar.
BalasHapusWow keren ya, kampungnya udah mandiri banget, bakhan sudah bisa menjaga ketahanan pangan dengan baik. Semoga saja adat dan juga kelestarian alamnya bisa tetap terjaga.
Wah, ini sekolah bagus, program2nya juga keren dan berjalan dengan lancar ya. Pantesan aja anak2 merasa senang dan bahagia telah mengikuti kegiatan ini. Benar2 merasakan menjadi warga aslinya ya. Penduduk di kampung adat Ciptagelar juga welcome banget. Anak2 jadi mengetahui kebudaaan, adat istiadat dan sebagainya, semakin menyayangi sesama manusia dan menjaga lingkungan alam kita.
BalasHapusseru bangeeet, kegiatan-kegiatan sejenis ini gak bakalan dilupaka sepanjang academic journey anak-anak deh>>
BalasHapusluar biasa pengalaman yang bakal memperkaya mereka ga cuma akademik tapi hampir semua aspek pengembangan diri ya
Masya Allah kegiatannya seru sekali apalagi anak-anak ya tapi belajar kemandirian. Dengan harga 3 jutaan lebih sedikit Itu udah dapat fasilitas segitu banyaknya udah lumayan banget itu Teh
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusBener-bener pembelajaran hidup secara langsung ya.. kak Yeni.
Dari mulai mandiri terhadap dirinya sendiri hingga berinteraksi dengan masyarakat adat sekitar.
Kakak mandiri banget..
Bagus banget programnya Mba! Anak belajar mandiri dan beradaptasi. Skill yang penting juga selain pelajaran di sekolah. Tapi jadinya aku dapat wawasan baru nih soal masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, gak bisa dibilang terbelakang ini sih, fasilitas sekolah ada dan punya alat komunikasi sendiri. Aku tadi mau nanya apa, tapi ternyata di bawah selalu ada penjelasannya. Termasuk penasaran soal bujet live in begini. Masya Allah. Tulisannya gamblang Mba
BalasHapusPengalaman yang mahal sekali ya teh bisa ikutan kegiatan ini, programnya keren banget. Anak - anak jadi punya pengalaman barru dan juga skill yang hebat nih, bisa interaksi langsung dengan masyarakat adatnya.
BalasHapusMasya Allah, itu seru bangeet kegiatannya. Anak-anak jadi tahu cara menanam padi ya. Di kampung kami juga dulu benih tanaman gak ambil dari luar Mak. Pada bikin sendiri, ngambil dari tanaman yang sudah siap. Duh jadi nostalgia aku tuh baca tulisan ini.
BalasHapusprogram yang gak hanya bagus tapi juga patut didukung maksimal ya, tentang anak yang belajar mandiri juga beradaptasi untuk memaksimalkan skill yang dimiliki oleh setiap anak
BalasHapusSeru abis kegiatan sekolahnya. Molly kalo ada dulu juga mau nih ke sini. Sambil belajar ilmu baru dari orang2 baru.
BalasHapusIni keren y programnya bikin anak mandiri jauh dari orang tua terus sekalian praktek budaya sana juga, kerja lsg jd petani, ini setiap tahun ya mba kyk gini disekolahnya
BalasHapusEru banget ya program live in kaya gini. Jadi anak-anak bisa tau kondisi real yang ada di desa desa. Biar tetap connected ke grassroot identity 😍
BalasHapusSeru juga nih kalau anak-anak jalan-jalan dan mengeksplor suatu lingkungan yang penuh adat istiadat gini.
BalasHapusDari belajar mandiri, makan seadanya, dan kekompakan sama temen-temennya.
Seriusan ini 4 hari?
BalasHapusUwooow .. anak-anak pasti senang sekaligus gelisah ya karena keluar dari habitat mereka sehari hari
aku sendiri di sini hanya 2 hari dan semalaman tapi itu aja terasa lama, karena hanya jalan - makan - itu pun pake acara pijet sesudahnya, so salut sama anak-anak
Waah menariknya. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar ini berbahasa Sunda yang umum dipakai oleh orang Sunda jugakah, Mbak Yen?
BalasHapusWah, seru banget kegiatan dari sekolah nya.
BalasHapusAku selalu suka kegiatan semacam Adventure yang kulakukan bersama teman-temanku.
Seru banget kegiatannya. Pasti anak-anak akan mengingat pengalaman itu sampai nanti. Waktu SMA di sekolah saya ada kegiatan yang mirip-mirip gini. Namun, bukan desa tradisional seperti ini. Sampai sekarang saya masih ingat keseruannya.
BalasHapusWah keren masih usia sekolah sudah ada kegiatan seperti ini, kalau di zamanku cuman pas kkn aja hehehe, berbaur dengan masyarakat setempat juga
BalasHapusMasyaAllah seru banget liatnya. Aku yang baca jadi pengen liat langsung. Nggak nyangka masih ada masyarakat adat yang kental banget begini.. Programnya bagus banget, tujuan programnya keren. Anak-anak jadi tahu ya gimana rasanya hidup di desa yg masih sederhana.. Ini berarti bukan desa wisata ya? Tapi ya emang desa adat...
BalasHapusKampung adat ciptagelar ini kerena bangetnya.. Memudahkan ortu untuk kenalkan anak dengan alam dengan cara yang menyenangkan.
BalasHapusKegiatannya seru banget.. apalagi itu ada program indung asuh. Keren sih ini programnya. Harusnya disekolah-sekolah mulai meneraplam kegiatan seperti ini juga. Supaya generasi anak muda tidak buta akan adat
BalasHapusBenar banget Bu, sekarang banyak juga anak-anak Indonesia yang kurang peduli akan budayanya
Hapuskegiatan yang sangat seru dan patut diapresiasi. dengan begitu, anak2 bisa lebih mengenal adat dan budaya setempat.
BalasHapusSeru sekali acara eksplor Kasepuhan Ciptagelar ini ya, Mbak. selain mendapat pengalaman baru, anak-anak juga akan mandiri, dan nantinya bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Pastinya tahu juga tentagng kearifan lokal di sana. Misalnya dari menanam padi dengan bibit sendiri, sampai memasak nasi tidak boleh pakai rice cooker.
BalasHapusAlhamdulillah anak-anak sudah terbiasa dengan pekerjaan mandiri rumah tangga ya kak. Jadi gak shock dengan kesederhanaan kehidupan desa. Kasian juga yang nahan bab karena gak terbiasa ya kak.
BalasHapusKegiatan kayak ini seru banget pastinya. Jadi anak juga lebih menghargai kehidupannya di rumah yang lebih terasa mudah.
Gak bisa dipungkiri sih kalau di tempat yang baru bagi anak2 apalagi pedesaan masih merasa gak nyaman untuk urusan buang hajat, aku pun gitu pas dulu kkn hihi
HapusProgramnya keren banget, Mbak. Saya aja yang tua kepengen. Pengalaman ini bakal nempel banget di otak anak-anak. Bakal jadi salah satu pengalaman terbaik buat mereka. Lebih2 bagi anak Jakarta yg terbiasa hidup dgn kepraktisan, pastinya pengalaman ini bukan hanya seru tapi sangat mendidik.
BalasHapusSeru banget ya, sudah pasti bikin anak-anak mandiri. Jadi tahu bagaimana perjuangan nasi sampai ke piring, bisa buat sounding supaya makan jangan ada sisa ya. Kereeen, semoga daerah lain ada juga yang seperti ini. Biar yang nggak punya sawah tetep bisa main ke sawah.
BalasHapusWah, sama nih dengan sekolah dimana tempat saya mengajar. Kita sudah mulai juga aktif dalam berkegiatan offline termasuk aktititas outdoor gini. Anak-anak semakin mandiri ya dibawa menjelajahi budaya juga dan bisa mengenal alam.
BalasHapusseruuu banget ya Mbak kegiatan alam seperti ini, anak-anak jadi belajar mandiri dengan orang baru.
BalasHapusmereka jadi punya pengalaman yang sangat berharga dan pastinya tak terlupakan ini ya.
Keren banget kegiatan sekolahnya ya. Anak-anak benar-benar diajari mandiri, saling tolong-menolong dan peka terhadap sekitar. Mantap.
BalasHapusSuka dukanya itu lho. Betah amat nahan BAB. Hehehe
Gak hanya belajar sejarahnya aja, tetapi juga budaya setempat dan serunya bisa ikuut menanam padi juga ya. Wah jadi pengalaman berkesan pastinya buat mereka
BalasHapusSeruu banget sih mbaa kayaknyaa, jadi pengen balik ke masa-masa sekolah dan ikutan cipta gelar kayak gini haha. guru2nya pada kreatif banget lho masyaAllah
BalasHapusKeren ya! Kayak anak kuliahan yang lagi KKN. Hehe.. Apalagi lokasi Culture Explorationnya di desa yang asri kek gini. Pasti banyak banget pengalaman seru yang tak terlupakan😊
BalasHapusSeru nih bisa ke Kampung Adat Ciptagelar di Sukabumi. Aku rasa kegiatan seperti ini bagus lho untuk anak-anak, selain belajar sosialisasi, mandiri, budaya, mereka juga belajar menghormati adat dan budaya setempat ya
BalasHapusSemuanya masih sangat alami dan natural di Kasepuhan Cipta Gelar Sukabumi, sehingga anak-anak bener-bener diajarkan bagaimana bisa mengambil kebaikan alam ketika kita sudah berusaha.
BalasHapusSemua proses diikuti dengan baik dan berjalan lancar, alhamdulillah.
huwaaa kereeenn nihhh, studi tour nya tuh ke kampung adat loh! selain jalan-jalan bisa juga belajar budaya dan ngenalin kebhinekaannya Indonesia
BalasHapusBaru tahu di Sukabumi ada Desa Adat. Memang cocok banget buat kegiatan anak-anak dalam melatih kemandirian, saling empati dan toleransi, serta dapat mengenal budaya.
BalasHapusSeru banget. Anak-anak jadi dapat pengalaman hidup dengan merasakan sendiri bagaimana berdekatan dengan orang-orang dari salah satu desa adat. Nah lho sampai follow IG aja gagal terus. Belum lagi rekaman vixeo yang pada terhapus begitu saja. Kok bikin scary ya Mba.
BalasHapusMereka ini masih menjalankan kearifan lokal ya. Saya penasaran dengan poin ini: Menentukan musim tanam berdasarkan jumlah bintang dan istilah tanggal .... apakah saat ini, ketika masanya cuaca ekstrem, di mana musim hujan dan musim kemarau sudah gak jelas, apakah masih bisa jadi patokan yang tepat ya.
BalasHapusKeren banget ini program nya. Memang kurikulum merdeka tuh lebih mengajarkan anak untuk kreatif dan mandiri. Nggak heran kalau mereka bisa menanak nasi sendiri. Good job
BalasHapusSaya juga suka sama kegiatan sekolah ini.
BalasHapusDi daerah tangerang tadi sekolahnya mba?
Keren kegiatannya.
Desa ciptagelarnya juga keren, sampe punya listrik sendiri
Wah keren banget yaa. Seru dan anak jadi belajar banyak hal, lebih mandiri juga tentunya
BalasHapusInfonya lengkap banget ini. Makasiii mba
Seru banget kegiatannya , culture exploration Kasepuhan Cipta Gelar ini...yang penuh tanda tanya, video gagal semua, dan lainnya...di luar logika ya, wah percaya enggak percaya
BalasHapus